Problem Solving

            Metode ini sangat tepat digunakan dalam proses belajar mengajar matematika, seperti yang dikatakan oleh P Manulu dalam bukunya yang berjudul Strategi Mengajar dengan Pemecahan Masalah bahwa :
Pemecahan masalah yang bersifat matematika dapat menolong siswa meningkatkan daya analisis dan dapat membantu mereka dalam pemakaian daya ini pada berbagai situasi. Pemecahan masalah juga dapat menolong siswa dalam mempelajari fakta, ketrampilan, konsep dan prinsip matematika.”
Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencoba mengeluarkan pendapatnya.
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secarabersama-sama.Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Metode pemecahan masalah merupakan suatu metode pengajaran yang mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan persoalan – persoalan. Adakalanya manusia memecahkan masalah secara instinktif ( naluriah ) maupun dengan kebiasaan, yang mana pemecahan tersebut biasanya dilakukan oleh binatang.
Pemecahan secara instinktif merupakan bentuk tingkah laku yang tidak dipelajari, seringkali berfaedah dalam situasi yang luarbiasa. Misalnya seseorang yang dalam keadaan terjepit karena bahaya yang datangnya tak disangka, maka secara spontan mungkin ia melompati pagar atau selokan dan berhasil, yang seandainya dalam keadaan biasa hal itu tak mungkin dilakukan.
Dalam situasi yang problematis, baik manusia maupun binatang, dapat menggunakan cara “coba – coba, salah”, mencoba lagi ( trial and error ) untuk memecahkan masalahnya. Akan tetapi taraf problem solving pada manusia lebih tinggi karena manusia sanggup memecahkan masalah dengan rasio ( akal ), disamping memiliki bahasa. Oleh karena itu manusia dapat memperluas pemecahan masalahnya di luar situasi konkret.Dalam menghadapi masalah yang lebih pelik, manusia dapat menggunakan cara ilmiah. Cara ilmiah untuk memecahkan masalah pada umumnya mengikuti langkah – langkah sebagai berikut : 
a. Memahami masalah
            Masalah yang dihadapi harus dirumuskan, dibatasi dengan teliti. Bila tidak, usahanya akan sia – sia.
b. Mengumpulkan data
           Kalau masalah sudah jelas, dapat dikumpulkan data / informasi / keterangan – keterangan yang diperlukan.
c. Merumuskan hipotesis
          Jawaban sementara, yang mungkin memberi penyelesaian dan keterangan keterangan yang diperoleh, mungkin timbul suatu kemungkinan yang memberi harapan yang akan membawa pada pemecahan masalah.
d. Menilai hipotesis
         Dengan jalan berpikir dapat diperkirakan akibat – akibat suatu hipotesis. Kalau ternyata bahwa hipotesis ini tidak akan memberi basil baik, maka dimulai lagi dengan langkah kedua.
e. Mengadakan eksperimen / menguji hipotesis
         Bila suatu hipotesis memberi harapan baik, maka diuji melalui eksperimen. Kalau berhasil, berarti masalah ini dipecahkan. Tetapi kalau tidak berhasil, harus kembali lagi dari langkah – langkah kedua atau ketiga.
f. Menyimpulkan
         Laporan tentang keseluruhan prosedur pernecahan masalah yang diakhiri dengan kesimpulan. Di sini kernungkinan dapat dicetuskan suatu prinsip atau hukum. Kesanggupan memecahkan masalah harus diajarkan kepada para siswa, sebab pemecahan masalah secara ilmiah ( scientific method ) berguna bagi mereka untuk memecahkan masalah yang sulit. Metode ini selain dapat digunakan untuk mernecahkan masalah dalam berbagai bidang studi, juga dapat digunakan untuk pemecahan yang berkaitan dengan kebutuhan siswa dalam kehidupan sehari – hari.

  • Ciri-Ciri nya:
Gaya mengajar pemecahan masalah terdiri atas masukan informasi pemikiran, pemilihan dan respon. Masalahnya harus dirancang sehingga jawabannya bukan hanya satu jawaban. Bila demikian, gaya ini berubah menjadi gaya yang disebut diskoveri tertuntun.
Masalahnya dirancang dari yang mudah ke yang sukar. Misalnya, “apa perbedaan hasil lemparan bola dalam keadaan kedua kaki diam di atas lantai dengan hasil lemparan dalam posisi kedua kaki sambil bergerak?” Pertanyaan bisa semakin sulit. Misalnya, “bagaimana bentuk gerakan lanjutan kaki untuk menendang dalam sepak bola agar bola tidak melambung jauh diatas seperti kelas 5 dan 6 SD. Makin meningkat usia siswa, seperti sudah menginjak jenjang SLTP, maka mutu pertanyaannya pun kian meningkat. Pertanyaan seperti ini dimaksudkan untuk merangsang penalaran siswa.

  • Langkah-langkah pelaksanaan gaya mengajar pemecahan masalah sebagai berikut:
• Penyajian masalah.
Guru menyajikan masalah kepada siswa dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang merangsang untuk berfikir. Tidak ada penjelasan atau demonstrasi karena pemecahannya bersumber dari anak.
• Tentukan Prosedur.
 Para siswa harus memikirkan prosedur yang dibutuhkan untuk mencapai pemecahan. Bila usia anak masih muda seperti di kelas awal (kelas 1, 2, atau 3), maka persoalan yang diajukan juga lebih sederhana.
• Bereksperimen dan mengeksplorasi.
Dalam bereksprerimen siswa mencoba beberapa kemungkinan cara memecahkan masalah serta menilai dan membuat sebuah pilihan. Ketika mencari-cari jawaban, anaklah yang menentukan arah pemecahannya. Sementara hanya berperan sebagai penasihat, seperti menjawab pertanyaan membantu, memberikan komentar, dan mendorong siswa. Namun, ia tidak megnemukakan jawaban. Waktu harus dirancang cukup untuk mencari jawaban.
• Mengamati, mengevaluasi, dan berdiskusi.
Setiap anak perlu memperoleh kesempatan untuk mengemukakan jawaban dan mengamati apa yang ditemukan siswa lainnya. aneka macam hasil temua dapat dipertunjukkan oleh anak secara perorangan, kelompok kecil, rombongan yang agak besar, atau bagian dari kelas. Diskusi terpusat pada pengujian pemecahan yang khas.
• Penghalusan dan perluasan.
Setelah mengamati pemecahan yang diajukan siswa lainnya dan mengevaluasi alasan di balik pemecahan yang dipilih, apa yang perlu dilakukan. Setiap anak memperoleh kesempatan untuk bekerja kembali melakukan pola geraknya, menggabungkan satu gagasan dengan gagasan lainnya.
Adapun kelebihan dan kekurangan metode pemecahan masalah ini adalah :
Kelebihannya :
• Dengan metode ini potensi intelektual dari dalam diri siswa akan meningkat.
• Dengan meningkatkan potensi intelektual dari dalam diri siswa maka akan menimbulkan motivasi intern bagi siswa.
• Dengan menggunakan metode ini menyebabkan materi yang telah dipelajari akan tahan lama.
• Masing-masing siswa diberi kesempatan yang sama dalam mengeluarkan pendapatnya sehingga para siswa merasa lebih dihargai dan yang nantinya akan menumbuhkan rasa percaya diri
• Para siswa akan diajak untuk lebih menghargai orang lain
• Untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan lisannya
• Mengajak siswa berpikir secara rasional
• Siswa aktif
• Mengembangkan rasa tanggung jawab
• Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan
• Berpikir dan bertindak kreatif.
• Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
• Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan
• Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
• Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
• Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.

Kekurangannya :
o Bagi siswa yang sangat kurang pemahaman dasar matematika maka pengajaran dengan metode ini akan sangat membosankan dan menghilangkan semangat belajarnya.
o Bila guru tidak berhati-hati dalam memilih soal pemecahan masalah akan berubah fungsinya menjadi latihan, apabila tanpa memahami konsep yang dikandung soal-soal tersebut.
o Karena tidak melihat kualitas pendapat yang disampaikan terkadang penguasaan materi sering diabaikan
o Metode ini sering kali menyulitkan mereka yang sungkan mengutarakan pendapat secara lisan
o Memakan waktu lama
o Kebulatan bahan kadang – kadang sukar dicapai
o Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
o Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.