simakk yuukkkkkkkkk.....^_^
Selama ini, mata
pelajaran (mapel) matematika dianggap sulit dan menakutkan. Apabila seseorang
ditanya tentang mata pelajaran yang disukai di sekolah, maka sangat sedikit
yang menunjuk matematika. Sementara jika ditanya tanggapannya tentang
matematika, tidak sedikit pula yang menyebutkannya sebagai mapel yang tidak
menarik. Pendapat ini mungkin sudah sangat akrab didengar, namun
langkah–langkah konkrit untuk meluruskan tanggapan tersebut sangat jarang ditempuh.
Bahkan mungkin hanya menjadi sebuah teori dedaktik metodik belaka. Bila
dianggap matematika merupakan mata pelajaran yang menakutkan, maka sudah
selayaknya komponen–komponen di dalamnya seperti aritmetika, logika matematika,
aljabar, geometri, trigonometri, kalkulus, dan materi aplikasi lainnya juga
berpredikat sama. Berarti komponen–komponen tersebutlah yang selama ini menjadi
satu kesatuan yang membebani matematika untuk memiliki predikat menakutkan
pula. Padahal karakteristik masing–masing komponen di atas sangatlah berlainan,
meskipun esensinya serupa. Pilih saja aritmatika dan aljabar sebagai subyek
pendukung matematika. Bentuk yang paling sederhana dalam mempelajari aritmetika
adalah berhitung. Dengan bahasa umumnya aljabar sebagai dasar teorinya. Demikian
pula geometri dengan benda–benda ideal yang cukup menarik di dalamnya.
Sementara trigonometri menjadi bahasa dalam perhitungannya. Sedangkan kalkulus
dan materi aplikasi lainnya misalkan statistika, peluang dan bahasa pemrograman
komputer sudah cukup menyeberang ke arah mata pelajaran lain yang mungkin tidak
seheboh predikat matematika.
Kurikulum mengamanatkan agar materi pembelajaran
dapat dikemas dengan baik sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Tantangan
inilah yang seharusnya di jawab secara bijak oleh masing-masing guru matematika
berbagai jenjang. Pemahaman matematika secara gamblang dan mudah dipahami akan
merangsang siswa untuk gemar mapel ini. Mengenal Peserta Didik Mengenal peserta
didik menjadi dasar transformasi ilmu. Mengenal di sini sudah cukup umum, di
antaranya latar belakang di keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar
keluarganya, sifat dan sikap di lingkungannya. Terlebih lagi suasana hatinya
pada saat sedang melakukan interaksi belajar. Upaya mengalihkan perhatian untuk
lebih serius dalam belajar bisa disiasati dengan menanyakan suasana atau
kejadian menyenangkan yang mungkin baru saja dihadapi siswa tersebut.
Bagaimanapun kreativitas diperlukan sekalipun matematika sudah cukup beku untuk
menjadi pelajaran yang berkembang. Di antaranya dengan menunjukkan gaya
mengajar dengan tutur kata yang menarik di mata siswa. Menumbuhkan kecintaan
siswa dengan menggali manfaat yang bisa diambil dari pelajaran yang sedang
dihadapi.
Memperhatikan keseriusan siswa dalam interaksi di kelas, dengan
pilihan materi yang selaras situasi yang sedang dihadapi siswa. Bila
memungkinkan, menyajikan materi kontekstual dengan sajian bahasa yang dipahami
siswa. Seorang guru menyajikan rumus untuk kemudian meminta siswa mengerjakan
soal – soal aplikasinya. Mungkin menjadi menu utama dalam pembelajaran
matematika. Tuntutan aktivitas belajar demikian cukup mewarnai kebosanan siswa
dalam berinteraksi meskipun akhirnya aktivitas belajar tetap terjaga.
Bagaimanapun beratnya tuntutan tersebut perlulah disikapi agar tidak
menumbuhkan kebosanan. Misalnya memberikan nuansa berbeda, baik dengan
selingan–selingan segar berupa cerita jenaka, atau hal lain yang diinginkan
siswa sepanjang tidak menyimpang dari tuntutan pendidikan. Mengenal Sejarah
Matematika Hal yang mungkin sangat jarang digunakan dalam proses belajar
mengajar adalah sejarah matematika. Bukan tokoh–tokoh matematikanya, melainkan
proses ditemukannya teori matematika oleh tokoh tersebut. Jika guru menggali
sejarah matematika, cukup luas cakupan ilmu yang bisa ditularkan. Mengingat
tokoh matematika jelas memiliki pengalaman unik dan terarah pada teori yang
ditemukannya. Bahkan kronologi teorinya cukup tergambar dari cerita sejarahnya.
Bukankah hal tersebut merupakan materi kontekstual bagi penemu teori tadi ?Pemahaman
sejarah matematika akan memberi gambaran pada siswa bahwa matematika sebenarnya
bukan sesuatu yang jauh dari kehidupan kita. Apalagi bila guru mampu pula
menjelaskan di sekitar kita ini banyak persoalan yang berkaitan langsung dengan
matematika di sekolah. Matematika memang menjadi mapel yang menuntut siswa dan
guru penuh keseriusan dan kesungguhan. Meskipun demikian apakah tidak mungkin
mapel yang sementara orang dianggap membosankan ini di kemas dalam bentuk yang
menyenangkan ? Persoalan inilah yang menjadi tantangan sekaligus rangsangan
guru untuk selalu berinovasi, berimprovisasi dalam pembelajaran mapel yang di
anggap sulit ini. Penggunaan alat peraga Selain itu tidak ada salahnya guru
juga menampilkan pembelajaran dengan alat peraga dari pokok bahasan yang di
bahas. Khusus mapel matematika di jenjang pendidikan dasar hal ini sangat
penting. Anehnya selama ini belum banyak guru yang berbuat demikian. Perilaku
guru ini berdampak pada pelajaran kurang jelas dan siswa kesulitan dalam
menerimanya. Akiabatnya siswa memvonis bahwa matematika pelajaran yang sangat
sulit. Melalui langkah-langkah di atas penulis berkeyakinan matematika akan di
terima anak dengan senang hati dan sekurang-kurangnya dapat mengurangi anggapan
bahwa matematika itu sulit dan menakutkan.
0 komentar:
Posting Komentar